Sholat Shubuh lah, Agar engkau tak dituding Munafik



Salah satu perkara penting yang saat ini diremehkan pelaksanaannya oleh umat Islam kekinian adalah sholat Shubuh berjamaah di masjid. Sungguh, sejarah telah mencatat adanya ketimpangan ‘semangat beribadah’ yang demikian kontras antara umat Islam masa kini dengan generasi Islam masa lalu.

Kita dapat mengambil beberapa contoh sebagai pembenaran atas pernyataan diatas. Adalah Imam Malik dalam  Al-Muwatha’ nya mengisahkan bahwa suatu malam  Amirul Mukminin Umar ibn Khatab terkena tikaman pedang mematikan. Beliau mengerang kesakitan akibat luka parah yang dialaminya tersebut. Namun, ketika waktu Shubuh menjelang iapun dibangunkan untuk menunaikan sholat, seakan tidak merasa sakit sedikitpun Umar ibn Khatab bangkit dan menyegerakan langkahnya untuk sholat berjamaah di masjid. Padahal ketika itu luka beliau masih saja mengeluarkan darah, tetapi rasa sakit itu seakan sirna akibat semangat beliau yang tinggi untuk menunaikan sholat Shubuh berjamaah di masjid. MasyaAllah!

Lihatlah pula semangat beribadah yang ditunjukkan oleh Yahya ibn ‘Abdurrahman Mahdi. Seperti yang dikisahkan oleh ayahnya, bahwa suatu malam anaknya itu menghidupkan malamnya dengan Tahajjud dan ibadah lainnya. Takkala menjelang fajar, iapun merebahkan dirinya diatas kasur sejenak, namun ternyata Yahya ibn ‘Abdurrahman Mahdi ini pun tertidur hingga terbitnya matahari. Iapun tidak dapat mengerjakan sholat Shubuh berjamaah di masjid. Ia sungguh menyesal. Maka sejak saat itu, ia pun menjadikan dirinya tidak berjarak sedikitpun dengan tanah selama dua bulan, hingga kedua pahanya ditumbuhi bisul. MasyaAllah!

Sekarang, lihatlah keadaan kita, kaum muslimin di zaman ini. Tak ada sakit, tak ada kelelahan akibat lamanya Tahajjud, praktis tak ada hal-hal berat yang dapat menjadi alasan bagi kita untuk tidak menunaikan sholat Shubuh berjamaah di masjid. Namun, kenyataannya sekarang banyak diantara kita yang masih merasa berat dan sulit bangun untuk menunaikan sholat Shubuh berjamaah di masjid. Atau bahkan justru berani meninggalkannya. Indikasi apakah ini? Inilah indikasi gamblang dari rapuhnya keimanan umat dan beraninya kita meremehkan perintah Allah SWT. Pun demikian juga mengindikasikan bahwa hati kita telah keras (qaswatul qalbi).  

‘Abdullah ibn Mas’ud pernah mengatakan, “Sungguh celaka orang yang tidak memiliki hati yang bisa digunakannya untuk mengenali yang makruf dan menolak yang mungkar”

Sholat Terberat Bagi Orang Munafik

            Adalah Rasulullah seperti yang dikutip dalam  Al-Muwatha’ nya Imam Malik, bersabda “Pembatas antara kita dengan orang-orang munafik adalah menghadiri sholat Isya’ dan Shubuh, sebab orang-orang munafik tidak sanggup menghadiri kedua sholat tersebut” pun demikian dalam Al-Musnad nya Imam Ahmad, Rasulullah bersabda “Sholat terberat bagi orang-orang munafik adalah sholat Isya’ dan Shubuh. Padahal seandainya mereka mengetahui pahala yang ada didalam kedua sholat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak”

            Kita patut mengkritisi diri, tatkala kita masih merasa berat bangun menunaikan  sholat Shubuh di masjid, maka kita mesti ‘menggugat’ diri kita, “Apakah aku termasuk orang munafik, ataukah dalam diri ini terdapat benih-benih kemunafikan?” Renungkanlah!

            Memang, tak bijaksana rasanya jika kita secara serampangan dan begitu mudah ‘menuding’ saudara kita yang tidak pernah menunaikan sholat Shubuh secara berjamaah dimasjid sebagai orang munafik. Namun, ketika tudingan  itu kita tujukan kepada diri kita sendiri, maka tentu ini akan menjadi hal yang positif. Karena menuding, menggugat,  dan mengkritisi diri sendiri (dalam batas yang sewajarnya) adalah bentuk dari muhasabah kita. Malik ibn Dinar pernah berkata “Semoga Allah merahmati seseorang yang berkata kepada dirinya sendiri, ‘Bukankah kamu yang melakukan perbuatan ini? Bukankah kamu pelakunya?’, Lalu ia mencela dan berusaha menaklukkan dirinya, kemudian ia ‘berguru’ kepada Kitabullah (Al-Qur’an), sehingga ia menjadi pemimpin dirinya”

            Kita berlindung kepada Allah dari sifat kemunafikan yang telah membuat pelakunya akan binasa dalam kerak neraka. Kita pun juga berlindung kepada Allah dari sifat malas dan ingin senang yang membuat pelakunya kan kehilangan kehidupan akhiratnya.

            Maka dari itu, mari kita buktikan sahabat jika kita bukanlah orang munafik. Bagaimana caranya? Mulai besok pagi, kibaskan rasa kantuk yang menjerat, lemparkan rasa malas yang membelenggu, bangunlah, berwudhu’lah, lalu ayunkan kaki dan tanganmu dengan pasti menuju ke masjid. Bergabunglah dengan barisan kaum muslimin dalam sholat Shubuh mereka. Lakukanlah itu sebagai kebiasaanmu yang mengkristal dalam dirimu. Agar kemudian engkau dapat bersuara lantang bahwa “ AKU BUKAN ORANG MUNAFIK”. Wallahu’alam  (mth)

0 komentar: